Jakarta, Depresi agaknya bisa dibilang salah satu penyakit yang akrab dialami orang-orang kota. Seiring tingginya stres dan tuntutan hidup, tekanan mental yang tak terelakkan bisa memicu gangguan mental ini. Sebuah penelitian menemukan cara mengatasinya bisa dilakukan dengan menyetrum otak.
Menurut kesimpulan peneliti dari Amerika Serikat dan Brasil, kejutan listrik ke otak ditemani minum pil anti depresan dapat membantu memerangi depresi sedang hingga berat. Metode ini adalah kombinasi antara obat bernama Zoloft dan metode penyetruman listrik bernama transcranial direct current stimulation (TDCS).
"Meskipun Zoloft atau TDCS efektif jika dilakukan sendiri-sendiri, kombinasi keduanya akan memiliki khasiat yang lebih besar," kata peneliti, Dr Andre Russowsky Brunoni seperti dilansir Health Day, Senin (11/2/2013).
Sebelum sampai pada kesimpulan ini, peneliti meneliti 120 orang pasien yang memiliki gejala depresi berat dan kebal terhadap pengobatan yang sudah umum diberikan. Pasien-pasien ini diberi 4 pilihan perawatan, yaitu diberi Zoloft, disetrum otaknya, diberi keduanya atau hanya diberi plasebo.
Hasil penelitian yang dimuat jurnal JAMA Psychiatry menunjukkan bahwa terapi dengan kombinasi 2 metode lebih ampuh menghalau depresi ketimbang hanya salah satu metode. Metode setrum otak ini sebenarnya buka hal baru. Penelitian yang dimuat jurnal Nature Neuroscience telah menyebutkan metode ini dapat mengobati depresi dan gangguan mental lain.
"Dalam depresi, amat penting untuk mengetahui pilihan pengobatan. Hanya memberi obat-obatan saja tidak ampuh bekerja untuk semua orang," kata Sarah Lisanby, psikiater yang mempelajari stimulasi otak di Duke University.
Selain metode obat dan stimulasi listrik, ada metode lain yang bisa digunakan untuk mengatasi depresi, yaitu terapi psikologis. Sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal The Lancet menemukan bahwa terapi kombinasi yang menyertakan terapi perilaku kognitif juga bekerja ampuh meredakan depresi.
Sumber: http://health.detik.com/read/2013/02/11/092752/2166301/763/otak-pasien-disetrum-depresi-berat-pun-minggat